Dokteria.com - DokteriaBanyak orang, terutama generasi Z dan Milenial, memulai dan menyelesaikan hari mereka dengan melihat layar ponsel. Mulai dari sekadar scrollsosial media hingga membaca berita terkini.
Tidak dapat dipungkiri, di masa yang serba cepat dan hampir semua informasi tersedia hanya dengan sentuhan jari, kebiasaan ini menjadi hal yang wajar. Berita yang terus-menerus datang, mulai dari isu politik, bencana alam, hingga gosip selebriti sering kali membuat sebagian besar orang terjebak dalam berita negatif secara terus-menerus.
Ini juga umum dikenal sebagai fenomenadoomscrolling, yaitu kebiasaan di mana seseorang secara tidak sadar terus mengakses berita negatif melalui ponselnya. Kebiasaan ini bisa menyebabkan perasaan cemas, kelelahan, serta konsekuensi buruk lainnya.
Seperti yang dilansir dari Antara,berikut beberapa konsekuensi negatif dari kebiasaandoomscrolling.
1. Stres yang meningkat
Membaca berita yang negatif bisa memicu respons alami dari tubuh, seperti yang biasanya dikenalfight to flight,yaitu tanggapan tubuh terhadap ancaman atau kondisi yang menimbulkan stres.
Bila seseorang terus-menerus mendapatkan informasi yang mengganggu, tubuh secara alami siap menghadapi ancaman, meskipun bahaya tersebut tidak benar-benar terjadi.
Dampaknya terlihat melalui meningkatnya detak jantung, kesulitan bernapas, serta tubuh yang menggigil.
2. Perasaan cemas yang berlebihan dan kesedihan berat
Penelitian jurnal psikologi Inggris menunjukkan bahwa dalam waktu 14 menit setelah menerima berita negatif, seseorang dapat mulai menunjukkan tanda-tanda kecemasan berlebihan hingga depresi.
Kondisi ini akan semakin memburuk apabila seseorang tidak mampu mengatur emosinya saat membaca informasi negatif. Hal ini juga berpotensi meningkatkan kemungkinan mengalami depresi.
3. Semangat untuk terus mengawasi media sosial
Lingkungan digital yang diisi oleh berbagai tulisan atau informasi dengan judulclickbaitdapat memicu seseorang untuk terus mengikuti berita terkini setiap menit.
Jika dibiarkan, kebiasaan ini dapat menyebabkan seseorang menjadi kecanduan, meskipun hal tersebut justru memperparah perasaan cemas dan ketidakpuasan.
4. Gangguan tidur
Kebiasaan membaca berita negatif sebelum tidur juga bisa menyulitkan seseorang untuk tidur dengan nyenyak. Hal ini akan mengganggu kualitas tidur yang baik dan menyebabkan tubuh serta pikiran menjadi lebih cepat lelah.
5. Mengubah cara pandang
Jika kebiasaan doomscrollingjika dibiarkan dalam jangka panjang, hal ini akan mengubah perspektif seseorang terhadap dunia. Ia akan memiliki pandangan yang lebih negatif terhadap lingkungan sekitarnya, seperti merasa bahwa sekitarnya tidak aman dan sulit untuk percaya pada orang lain.
Melihat sejumlah dampak negatif yang diakibatkan olehdoomscrolling,Ini jelas menunjukkan bahwa kebiasaan ini bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Kita perlu lebih waspada dan memahami metode yang tepat untuk mengendalikan kebiasaan tersebut.
Sekolah Kedokteran Harvard menyoroti beberapa metode yang dapat membantu mengurangi kebiasaan ini. Seperti yang diusulkan oleh Dr. Aditi Nerurkar, dosen di Divisi Kesehatan Global dan Kedokteran Sosial, serta Dr. Richard Mollica, profesor psikiatri.
Dilansir dari health.harvard.edu,berikut beberapa metode untuk menciptakan batasan digital yang memberi otak dan tubuh kesempatan untuk kembali berfungsi dengan normal.
1. Jangan letakkan ponsel di dekat tempat tidur
Hindari kebiasaan langsung mengambil ponsel setelah bangun tidur. Letakkan ponsel di luar jangkauan tangan sehingga ketika terbangun, kita lebih dulu melakukan aktivitas pagi seperti menyikat gigi dan mencuci wajah. Hal ini mampu menurunkan risiko stres yang muncul dari…doomscrolling.
2. Letakkan ponsel saat sedang bekerja
Saat bekerja, kita bisa meletakkan ponsel di laci atau beberapa meter dari tempat kita duduk. Hal ini dapat membantu mengurangi gangguan dan memastikan kita tetap konsentrasi pada tugas tanpa tergoda untuk mengambil ponsel.
3. Jangan membawa handphone ke meja makan
Letakkan ponsel di luar jangkauan dan aktifkan mode diam. Fokuslah serta nikmati hidangan yang telah disajikan. Kebiasaandoomscrollingdapat digantikan dengan berbicara atau berkomunikasi dengan orang di sekitar.
4. Ubah tampilan layar menjadi mode monokrom
Menurunkan tingkat kejenuhan warna di layar ponsel menjadi kebiasaan scrolling ttidak menarik lagi. Sehingga kita cenderung tidak menghabiskan waktu memandang ponsel.
5. Nonaktifkan atau hapus pemberitahuan yang tidak diperlukan
Hindari gangguan akibat suara notifikasi atau pop-upinformasi dan pesan yang tidak mendesak. Dengan demikian kita tetap memegang kendali terhadap alat yang kita gunakan, bukan sebaliknya.
6. Perhatikan berita yang bersifat lokal
Berita setempat biasanya cenderung tidak begitu negatif, berbeda dengan berita internasional yang sering kali penuh dengan informasi buruk. Memilih berita yang sesuai dengan lingkungan kita dapat mempertahankanmood tetap stabil.
7. Tolak berita negatif
Usahakan untuk menolak informasi yang mengganggu. Jika seseorang ingin berbagi cerita tentang kekerasan atau bersifat depresif, jangan ragu untuk menyampaikan bahwa kita tidak tertarik. Pendekatan ini membantu mengatur apa saja yang masuk ke dalam pikiran kita.
8. Cari pengalaman positif
Coba ikut serta dalam kegiatan sosial seperti menjadi sukarelawan di organisasi amal, kelas seni, atau aktivitas yang memberikan kebahagiaan emosional.
9. Konsultasi ke dokter
Jika merasa sulit berhenti dari kebiasaan doomscrolling, mungkin sudah waktunya untuk mengunjungi dokter untuk konsultasi.
Dr. Mollica menekankan, “beberapa orang benar-benar memerlukan bantuan ahli, dan tempat terbaik untuk memulai adalah dengan mengunjungi dokter, karena beberapa masalah memang sulit ditangani sendiri.”
Dari sini kita mengerti bahwa peristiwa tersebutdoomscrollingmenunjukkan bagaimana teknologi bisa memberikan manfaat sekaligus mengandung bahaya bagi penggunanya, khususnya bagi generasi Z dan Milenial yang sangat terhubung dengan dunia digital.
Setelah memahami dampak negatif serta langkah-langkah pencegahannya, diharapkan kita semua mampu lebih cerdas dalam menggunakan ponsel dan alat elektronik dalam kehidupan sehari-hari.
Pada akhirnya, kesehatan mental lebih utama dibandingkan mengikuti perkembangan berita yang selalu berubah setiap saat. Mengetahui kapan harus berhenti merupakan tindakan kecil yang dapat memberikan dampak besar bagi diri sendiri. (*)