Achalasia

Akalasia (achalasia) adalah penyakit langka yang merujuk pada kelainan di kerongkongan. Penderita akalasia akan sulit menelan makanan dan minuman
Akalasia (achalasia) adalah penyakit langka yang merujuk pada kelainan di kerongkongan. Penderita akalasia akan sulit menelan makanan dan minuman
Dokter spesialis Spesialis penyakit dalam, bedah, gizi
Gejala Disfagia, sering sendawa, dada terasa panas, nyeri dada hilang timbul, regurgitasi asam lambung, batuk pada malam hari, penurunan berat badan
Faktor risiko Riwayat keluarga, kondisi autoimun, infeksi virus maupun Chagas, menjalani skleroterapi endoskopi, cedera tulang belakang
Cara diagnosis Wawancara medis dan pemeriksaan penunjang (esophageal manometry, esophagram, endoskopi)
Pengobatan Tindakan bedah (heller myotomy, peroral endoscopic myotomy, fundoplication) dan tindakan non bedah (pneumatic dilatation, injeksi botox, obat-obatan)
Obat Nitrat (nitrogliserin), calcium channel blockers (nifedipine)
Komplikasi Pneumonia aspirasi, perforasi esofagus, kanker esofagus
Kapan harus ke dokter? Segera apabila mengalami gejala seperti sulit menelan, refluks asam lambung yang makin parah, sering batuk, sesak napas, nyeri dada

Pengertian

Dokteria.com - Akalasia atau achalasia adalah suatu kondisi medis yang menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan seseorang. Kondisi ini ditandai dengan sulitnya makanan atau minuman mencapai lambung karena adanya kelainan pada cincin bawah esofagus atau lower esophageal sphincter (LES).

Pada penderita akalasia, gerakan peristaltik esofagus bisa terganggu atau LES tidak membuka dengan baik saat proses menelan makanan atau minuman.

Akibatnya, makanan terkumpul di kerongkongan dan bisa menyebabkan gejala seperti rasa sakit di dada, kesulitan menelan, batuk, atau mual. Kondisi ini dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang dan memerlukan perawatan medis yang tepat.

Penyebab

Sampai saat ini penyebab achalasia sulit untuk diketahui secara pasti. Penelitian menduga bahwa kondisi akalasia ini disebabkan oleh hilangnya sel saraf di esofagus.

Di sisi lain, ada juga teori yang menyebutkan kondisi akalasia disebabkan oleh adanya infeksi virus, akibat kondisi autoimun, dan faktor genetik.

Berikut ini beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya kondisi ini, antara lain:

  1. Gangguan pada saraf esofagus

    saraf esofagus yang tidak berfungsi dengan baik dapat mempengaruhi gerakan peristaltik dan mengganggu fungsi sphincter esofagus bawah (LES), yang mengarah ke akalasia.

  2. Faktor genetik

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik dapat mempengaruhi risiko terjadinya akalasia. Jika ada anggota keluarga yang menderita akalasia, kemungkinan risiko terkena kondisi ini akan lebih tinggi.

  3. Kondisi autoimun

    Penelitian menunjukkan bahwa kondisi autoimun dapat menyebabkan kerusakan saraf esofagus dan memicu terjadinya akalasia.

  4. Infeksi virus

    Beberapa kasus akalasia dihubungkan dengan infeksi virus tertentu, seperti virus herpes simpleks dan sitomegalovirus. Namun, keterkaitan antara infeksi virus dan akalasia masih harus dipelajari lebih lanjut.

  5. Paparan bahan kimia tertentu

    Paparan bahan kimia tertentu seperti nitrat, yang dapat ditemukan di dalam air minum dan makanan, juga dikaitkan dengan risiko terjadinya akalasia. Namun, bukti yang ada masih terbatas dan keterkaitannya masih harus dipelajari lebih lanjut.

Faktor Risiko

Penyakit akalasia dapat terjadi pada segala usia, baik pada laki-laki maupun perempuan. Namun, biasanya kondisi ini banyak ditemukan pada rentang usia 30-60 tahun.

Meski tidak diketahui secara pasti apa penyebabnya, berikut ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan peluang seseorang mengalami akalasia, yaitu:

  • Adanya riwayat keluarga yang menderita akalasia
  • Memiliki kondisi autoimun yang dapat menyerang sel saraf di esofagus
  • Adanya infeksi virus, seperti herpes simplex dan lain sebagainya
  • Adanya penyakit chagas, yaitu infeksi parasit yang ditularkan lewat gigitan serangga
  • Menjalani skleroterapi endoskopi
  • Mengalami cedera tulang belakang

Gejala

Gejala akalasia esofagus secara umum muncul secara bertahap dan akan semakin memburuk seiring berjalannya waktu. Beberapa gejala yang muncul itu di antaranya:

  • Disfagia, yaitu kesulitan menelan yang mana penderitanya akan merasakan makanan atau minuman tersangkut di tenggorokan
  • Regurgitasi makanan atau air liur
  • Sering sendawa
  • Dada terasa panas
  • Nyeri dada yang datang dan pergi
  • Batuk, terutama di malam hari
  • Muntah
  • Penurunan berat badan
  • Tanda pneumonia apabila terjadi aspirasi makanan ke dalam paru-paru

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis achalasia, dokter akan melakukan wawancara medis dan pemeriksaan penunjang.

Wawancara medis yang dilakukan dokter bertujuan untuk mengetahui sejak kapan gejala dialami, adakah riwayat penyakit tertentu, atau adakah riwayat genetik di keluarga.

Pemeriksaan penunjang untuk akalasia yang dianjurkan umumnya:

 1. Esophageal Manometry

Pemeriksaan esophageal manometry berguna untuk mengukur ritme kontraksi otot di esofagus saat menelan, melihat koordinasi dan kekuatan yang diberikan otot-otot esofagus, serta menilai seberapa baik cincin esofagus bawah ketika rileks dan menelan.

Tes ini menjadi pilihan untuk menentukan jenis masalah motilitas yang dimiliki.

 2. Esophagram

Esophagram adalah pemeriksaan yang menggunakan sinar X-ray untuk mendapatkan gambaran saluran cerna bagian atas. Pemeriksaan ini juga mengharuskan kamu minum obat atau cairan yang berisi barium.

Tujuannya ketika kamu menelan cairan atau obat tersebut, akan dilihat pergerakannya melalui sinar X-ray. Jika terbukti akalasia, saat menelan barium akan tampak penyempitan di cincin bawah esofagus (lower esophageal sphincter).

 3. Endoskopi Bagian Atas

Endoskopi bagian atas (upper endoscopy) juga menjadi salah satu pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam menegakkan diagnosis akalasia.

Pemeriksaan ini melibatkan penggunaan selang kecil yang fleksibel dan memiliki kamera. Nantinya dokter akan memasukan alat ini melalui mulut untuk menilai esofagus kamu.

Tes endoskopi ini juga sekaligus membantu dokter untuk mengumpulkan sampel jaringan untuk keperluan biopsi, misalnya untuk melihat komplikasi refluks yang terjadi yaitu kondisi Barret’s esophagus.

Pengobatan

Pengobatan akalasia bertujuan untuk membantu melemaskan otot cincin esofagus bawah, sehingga pengidapnya dapat menelan makanan dan minuman.

Pengobatan untuk akalasia yang bergantung pada usia, kondisi secara umum dan tingkat keparahan yang dialami. Untuk itu, penanganannya bisa berbeda-beda pada setiap orang.

Terdapat pilihan metode terapi yang ditawarkan, yaitu terapi non-bedah dan terapi bedah.

Berikut merupakan penjelasan secara singkat terkait metode pengobatan akalasia (achalasia) yang ada:

1. Terapi Non-Bedah

Pada terapi non-bedah terdapat beberapa pilihan, seperti:

  • Pneumatic Dilatation

Prosedur ini membantu memperbaiki fungsi esofagus dengan cara memasukkan balon khusus ke bagian kerongkongan yang bermasalah dengan menggunakan endoskopi kemudian dikembangkan.

Prosedur ini mungkin diulang beberapa kali untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

  • Suntik Botox

Jika kamu tidak bisa melakukan pneumatic dilatation atau operasi karena pertimbangan usia dan kondisi kesehatan secara keseluruhan, suntik botox atau injeksi botulinum toxin ini bisa menjadi pilihan untuk membantu mengatasi akalasia.

Suntik botox ini membantu melemaskan otot kerongkongan yang kaku. Pemberian suntikan ini dapat bertahan hingga 6 bulan dan dapat diulang.

  • Pemberian Obat-obatan

Pemberian obat-obatan mungkin bisa dipertimbangkan apabila kamu tidak bisa melakukan prosedur bedah, pneumatic dilatation, dan penggunaan suntik botox tidak terlalu membantu.

Dokter akan memberikan obat-obatan pelemas otot, seperti golongan nitrat (nitrogliserin) dan golongan calcium channel blockers (nifedipine).

2. Terapi Bedah

Beberapa pilihan terapi bedah yang digunakan untuk membantu mengatasi achalasia:

  • Heller Myotomy

Tindakan bedah yang membantu untuk mengatasi kondisi akalasia adalah Heller myotomy. Pada prosedur ini dokter bedah akan memotong otot di cincin bawah esofagus sehingga makanan bisa lewat dengan mudah ke lambung.

Teknik operasi menggunakan laparoskopi sehingga termasuk dalam kategori tindakan non-invasif.

  • Peroral Endoscopic Myotomy (POEM)

Sesuai dengan namanya, tindakan ini memerlukan kamera atau endoskopi yang dimasukkan dari dalam mulut untuk memotong otot cincin bawah esofagus.

  • Fundoplication

Prosedur fundoplication juga dilakukan setelah seseorang menjalani Heller myotomy maupun POEM.

Tindakan ini berguna untuk membungkus lambung bagian atas dan bagian bawah esofagus, dan dibentuk sebuah katup untuk mencegah naiknya asam lambung ke esofagus atau kondisi GERD.

Sementara itu, obat yang diberikan untuk pasien dengan akalasia, yaitu:

  • Nitrat (nitrogliserin)
  • calcium channel blockers (nifedipine)

Pencegahan

Penyakit achalasia sulit untuk dicegah karena penyebab utamanya yang sering sulit untuk ditentukan. Jika sudah mengalami gejala akalasia, sebaiknya langsung periksakan diri ke dokter agar dapat dilakukan pengobatan dengan segara.

Apabila kamu menderita akalasia, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan agar tidak memperburuk keluhan yang muncul, seperti:

  • Berhenti merokok
  • Menghindari makanan atau minuman pemicu naiknya asam lambung, seperti makanan pedas, asam, kafein
  • Minum air putih yang cukup usai mengonsumsi makanan
  • Mengunyah makanan sampai halus agar dapat tertelan dengan mudah
  • Makanlah dalam porsi kecil namun frekuensinya sering
  • Hindari makan terlambat dan menjelang waktu tidur malam
  • Tidur dengan dua atau lebih bantal untuk mencegah asam lambung tidak mudah naik ke kerongkongan

Komplikasi

Akalasia dapat menimbulkan komplikasi apabila dibiarkan dan tidak diterapi dengan baik. Adapun beberapa komplikasi yang dapat muncul, antara lain:

  • Pneumonia aspirasi, yaitu infeksi yang terjadi akibat masuknya cairan atau makanan ke dalam paru-paru
  • Perforasi esofagus, yaitu robeknya dinding esofagus
  • Kanker esofagus

Kapan Harus ke Dokter?

Gejala achalasia memiliki kemiripan dengan penyakit lain, misalnya saja GERD. Untuk itu, jika muncul gejala seperti:

  • sulit menelan
  • refluks asam lambung yang makin parah
  • sering terbangun saat malam hari akibat batuk atau tersedak,
  • nyeri dada
  • sesak napas
  • atau tanda-tanda infeksi seperti demam

kamu harus segera berkonsultasi ke dokter. Apabila sudah terdiagnosis achalasia, kamu bisa berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam dan spesialis bedah untuk membantu mengatasi keluhan.

Untuk menentukan pola makan yang tepat, pengidap akalasia sebaiknya konsultasi ke dokter spesialis gizi, supaya asupan nutrisi tetap terjaga.

Dapatkan Informasi Kesehatan Terbaru dengan mengikuti kami di Google News


Informasi yang Dokteria berikan tidak boleh dianggap sebagai saran medis yang memenuhi kebutuhan individu dan tidak boleh digunakan untuk menggantikan pendapat dokter atau profesional kesehatan lainnya.

Dokteria membantu memberikan informasi tentang penyakit, gejala, penyebab, diagnosis, pengobatan, dan pencegahan. Namun, selalu disarankan untuk meminta saran medis dari dokter yang terlatih dan memiliki kualifikasi yang tepat.

Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda memiliki masalah kesehatan atau kekhawatiran.

Sekian pembahasan dari Dokteria pada kesempatan kali ini. Semoga informasi yang diberikan tersebut bisa memenuhi informasi yang sedang Anda cari dan Jangan lupa untuk membagikan artikel ini agar bermanfaat untuk semuanya ya kaa..

Hidup Sehat dan Ceria Bersama Dokteria…